Saturday, November 26, 2011

Jangan Menilai Terlalu Cepat


dikisahkan ada seorang ayah yang memiliki 4 (empat) orang anak. sang ayah ingin mengajarkan mereka untuk "tidak menilai terlalu cepat". semua anak tersebut disuruh oleh sang ayah untuk pergi melihat dan mengamati sebuah pohon besar dari kejahuan secara bergantian. maka pergilah secara bergantian anak-anak tersebut.

anak pertama, adalah anak pertama yang berangkat. setelah selesai mengamati diapun pulang. lalu sang ayah bertanya: musim apa saat ini berdasarkan pohon yang kamu lihat ?
anak pertama menjawab: musim salju (winter). lalu sang ayah memintanya untuk merahasiakan jawabannya kepada saudaranya yang lain.

setelah anak pertama selesai dengan perintah ayah nya, maka anak kedua lah sekarang yang berangkat untuk mengamati pohon tersebut. setelah selesai mengamati ia pun pulang. kemudia sang ayah mengajukan pertanyaan yang sama seperti ketika anak pertama datang. musim apa saat ini berdasarkan pohon yang kamu lihat ? anak kedua menjawab: musim semi (spring). lalu sang ayah memintanya untuk merahasiakan jawabannya kepada saudaranya yang lain.

lalu dilanjutkan oleh anak ketiga, (melakukan hal yang sama) lalu anak ke tiga menjawab musim panas (summer). lalu sang ayah memintanya untuk merahasiakan jawabannya kepada saudaranya yang lain.


dan yang terakhir tibalah giliran anak terakhir untuk berangkat. ia melakukan hal yang sama dan menjawab: musim gugur (fall). lalu sang ayah memintanya untuk merahasiakan jawabannya kepada saudaranya yang lain.

lalu sang ayah mengumpulkan semua anak nya dan meminta mereka menceritakan apa yang telah mereka lihat.
anak pertama: pohon itu jelek, layu tanpa daun, tampak dahan dan batangnya tertutupi salju
anak kedua: tidak (menyangkal pendapat anak pertama). pohon itu banyak memiliki tunas daun muda yang baru. sangat menjanjikan untuk tumbuh.
anak ketiga: saya tidak setuju (tidak sependapat dengan 2 kakak nya). pohon itu dipenuhi dengan bunga yang tampak indah .
anak keempat: kalian salah semua (dia tidak setuju dengan semua saudaranya). pohon itu dipenuhi dengan buah yang telah matang, dan juga beberapa daunnya ada yang telah menguning dan mulai gugur.
Maka mulai lah mereka berdebat satu sama lain.

lalu sang ayah menjelaskan kepada anak-anaknya bahwa mereka tidak sepenuhnya benar, karena mereka telah saling melihat tapi hanya satu musim dalam kehidupan pohon. Dia mengatakan kepada mereka bahwa "kamu tidak bisa menilai pohon, atau seseorang, dengan hanya satu musim, dan bahwa esensi dari siapa mereka dan kesenangan, kegembiraan, dan cinta yang datang dari kehidupan yang hanya dapat diukur pada akhir, ketika semua musim telah dilalui".
Jika Anda menyerah ketika itu musim dingin, Anda akan kehilangan janji/kesempatan musim semi Anda, keindahan musim panas Anda, dan buah/hasil musim gugur.
terima kasih sudah berkunjung. jangan lupa comment nya yach :)

4 comments:

  1. cerita yang luar biasa. penuh hikmah. saya suka ini.

    ReplyDelete
  2. makasi sudah menyimak blog ini. :)

    ReplyDelete
  3. betul. filsafat yang perlu diterapkan dalan kehidupan kita...

    ReplyDelete

“Harturyati na gocaram kimapi sam pusnati yatservad, hyarthibhyah prati padyamanamanisam prapnoti Vrddhimparam, kalpantesvapi na prayati nidhanam vidhyakhy – amantardhanam, yesam tanprati manamujjnata nrpah kastai saha spardhate”

Pengetahuan adalah kekayaan yang tidak bisa dicuri oleh siapapun, semakin banyak diberikan akan semakin berkembang, dengan memiliki pengetahuan akan hadir kedamaian dalam diri manusia
(Niti Sataka – sloka 12)