Saturday, December 19, 2009

Dua Bata Jelek


cerita ini saya sadur dari kisah Ajahn Brahm yang merupakan seorang biksu yg berkebangsaan Inggris, memutuskan menjadi biksu di Thailand dan akhirnya membangun wihara di Australia. Beliau juga sempat mendapat Mendali John Curtis dari Univ. Curtis tahun2004, atas visi, kepemimpinan dan pelayanannya bagi masyarakat Australia. Semoga cerita ini dapat menginspirasi dan mencerahkan wawasan kita.

Pada tahun 1983 setelah membeli tanah untuk wiharanya, Ajahn dan para biksu lainnya jatuh bangkrut dan terjerat hutang. Hingga ia hanya mampu membeli tanah tanpa mampu membangunnya. Mereka hanyalah biksu-biksu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Tapi mereka tidak sanggup untuk membayar tukang bangunan – bahan bangunan saja sudah cukup mahal. Jadi ia dan para biksu lainnya harus belajar bertukang sendiri: mempersiapkan pondasi, menyemen, memasang bata, mendirikan atap, memasang pipa, dll. Karena mereka tidak memiliki basic maka pekerjaan ini pun terasa berat.

Kelihatannya gampang membuat tembok dengan batu bata: tinggal sendok semen, sedikit ketok sana, ketok sini. Ketika ia mulai pekerjaan ini ternyata apa yg dibayangkan tidak semudah itu. Sebagai seorang biksu Ajahn memiliki kesabaran dan waktu sebanyak yg ia perlukan. “saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak perduli berapa lama jadinya” katanya.

Akhirnya selesailah pekerjaan memasang batu batanya. Dan ia mulai mengagumi hasil karyanya, tapi tiba-tiba kekagumannya lenyap ketika ia melihat dua buah batu bata yang jelek. Semua batu bata telah terpasang lurus, tapi dua batu bata tersebut tampak miring dan merusak keindahan seluruh dinding bata. Lalu ia bertanya kepada biksu kepala untuk meruntuhkan dan membuat ulang dinding terebut. Tapi biksu kepala bilang tidak perlu, biarkanlah tembok itu seperti itu.

Ketika mengajak berkeliling tamu yg mengunjungi wihara nya yg baru setengah jadi, Ajahn selalu menghindari untuk membawa mereka melintasi tembok bata karya nya. “Saya tidak suka orang ada org yang melihatnya”, katanya.

Lalu suatu hari ketika, kira-kira 3-4 bulan setelah ia membangun tembok tersebut, ia berjalan dengan seorang pengunjung dan pengunjung tersebut melihat tembok tersebut. “itu tembok yang indah”, kata pengunjung tersebut dengan santainya. Ajahn terkejut dan bertanya: “apakah kacamata anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan anda sedang terganggu? Tidakkah anda melihat dua bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?

Apa yg di ucapkan pengunjung tersebut selanjutnya benar-benar membukakan mata Ajahn. Ia berkata: “ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus”. Ajahn pun tertegun untuk pertama kalinya ia mampu melihat batu bata yg lainnya selain dua batu bata tersebut. Jumlah batu bata yang sempurna jauh lebih banyak dari dua bata jelek tersebut.

Akhirnya tembok itu masih berdiri hingga sekarang dan bahakan sekarang Ajahn pun lupa dimana persisnya dua batu bata yang jelek tersebut. Bahkan ia pun benar-benar tidak dapt melihat kesalahan itu lagi.

------------------------------------

Beberapa orang selalu berfokus pada kekurangan tanpa sadar sebenarnya banyak kebaikan yang ia miliki. Kita semua memiliki dua batu bata jelek tersebut, tapi terkadang kita lupa bahwa kita jg memiliki 998 batu bata yang indah. Begitu kita sadari hal ini, maka kita akan mengetahui betapa melimpahnya karunia yang kita miliki sehingga kita akan bersyukur setiap saat.


No comments:

Post a Comment

“Harturyati na gocaram kimapi sam pusnati yatservad, hyarthibhyah prati padyamanamanisam prapnoti Vrddhimparam, kalpantesvapi na prayati nidhanam vidhyakhy – amantardhanam, yesam tanprati manamujjnata nrpah kastai saha spardhate”

Pengetahuan adalah kekayaan yang tidak bisa dicuri oleh siapapun, semakin banyak diberikan akan semakin berkembang, dengan memiliki pengetahuan akan hadir kedamaian dalam diri manusia
(Niti Sataka – sloka 12)