Saturday, February 27, 2010

Demokrasi - Indonesia Perspektif.

wajah demokrasi indonesia emang lucu (nyeleneh). sebagai negara yang udah 64 tahun merdeka namun kedewasaan berdemokrasi di indonesia belum juga membaik. demokrasi hanya menjadi alat untuk meraih kekuasaan yang puncaknya adalah pemilu. ketika pemilu semua janji dan rayu pun ditebarkan dengan angan-angan setinggi langit yang pada akhirnya KOSONG.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran. (sumber: wikipedia)

kelucuan demokrasi, sering diplesetkan menjadi Demok-krasi dan Demo-crazy
Demok-krasi: istilah ini dikeluarkan oleh Soekarno, ia tidak setuju kalau Indonesia disebut negara demokrasi dan Soekarno ingin mengubah Indonesia sebagai negara sosialis.Karena Menurutnya,Demokrasi itu berasal dari kata Demok dan Krasi yang berarti " Sing gede di mok-mok,Sing Kecil di krasi " atau "yang besar di pegang-pegang yang kecil diinjak-injak".Maksudnya, Demokrasi menurut Soekarno itu tidak mementingkan rakyat secara keseluruhan,tetapi hanya rakyat yang besar saja yang diperhatikan,oleh karena itu Soekarno tidak setuju.
Demo-crazy: merupakan slogan yang dewasa ini sering disebut mengingat berbagai kegilaan yang terjadi dalam dunia demokrasi tanah air. para pejabat dan pemerintah berlaga sebagai badut dalam panggung politik yang hanya mementingkan diri sendiri. coba aja tonton sidang atau rapat-rapatnya pasti lucu, bahkan lebih lucu dari pelawak. hahahaha.... sebuah acara televisi bahkan menjadikan democrazy sebagai jadul program acaranya. dimana mereka sering mekritisi dinamika demokrasi yang tengah terjadi dengan gaya humor.

demokrasi bukanlah sesuatu yang 100% baik, apalagi jika pelaksana dilapangan masi arogan dengan kepentingan individu. beberapa bahaya demokrasi indonesia adalah:
1. hak berpendapat VS hak publik : jaman reformasi menuntut kebebasan berpendapat termasuk dengan cara demontrasi masal. namun terkadang kebebasan tersebut kebablasan. seharusnya kebabasan tersebut ada batasannya. maka terkadang terbentur dengan kepentingan publik. bayangkan dengan demo, kemacetan pun makin parah (ngak demo aja udah macet apalagi demo). berapa kerugian waktu dan energi yang timbul akibat kemacetan sehingga melambat arus ekonomi, berapa rupiah terbuang. apalagi jika merusak fasilitas publik dan rusuh serta anarkis. "demo rusuh bukanlah demo kaum intelektual" ironisnya para pendemo sering mengaku kaum mahasiswa...???
2. Demokrasi rekayasa: sekarang ini demokrasi sudah merupakan barang jualan. ada mafia nya...hahaha... demo dan unjuk rasa pun bisa kita buat asal ada uang... hampir semua tingkatan dalam berdemokrasi di indonesia ada pasarnya. pemilu>bisa beli suara, rapat>ada lobi2 nya, Demo>bisa dibayar.... "apakah uang akan mengendalikan negara ini?"
3. Pro Mayoritas - Anti Minoritas: penyelasain masalah ketika tidak dicapai kata sepakat adalah Voting. maka yang banyaklah yang benar.... kalo yang nyeleneh lebih banyak dari yang waras maka edanlah hasil yang dikeluarkan. "apakah kebenaran itu dapat di voting? kebenaran itu mutlak tapi jika perspektif miring mendominasi maka kebenaran menjadi blur" . kekuatan mayoritas pun sangat kental mendominasi kehidupan, bukan hanya demokrasi tapi juga dalam SARA.
4. Matinya Demokrasi: setiap tahapan demokrasi yang ada telah disalah artikan. adanya dominasi politik dan kekuasaan mematikan arti demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang pada awalnya demi Rakyat (kedaulatan rakyat) menjadi demi kepentingan pribadi. "turut berduka cita pada demokrasi indonesia"

No comments:

Post a Comment

“Harturyati na gocaram kimapi sam pusnati yatservad, hyarthibhyah prati padyamanamanisam prapnoti Vrddhimparam, kalpantesvapi na prayati nidhanam vidhyakhy – amantardhanam, yesam tanprati manamujjnata nrpah kastai saha spardhate”

Pengetahuan adalah kekayaan yang tidak bisa dicuri oleh siapapun, semakin banyak diberikan akan semakin berkembang, dengan memiliki pengetahuan akan hadir kedamaian dalam diri manusia
(Niti Sataka – sloka 12)