Sunday, September 13, 2009

fasilitas rekreasi dan terapi autisme dengan media lumba-lumba (dolphin recreation therapy)


PENDAHULUAN

ini merupakan ringkasan dari skripsi tugas akhir saya sebagai mahasisa arsitektur Univ. Udayana, Bali, 2008. dengan judul "fasilitas rekreasi dan terapi autisme dengan media lumba-lumba di Denpasar" atau yang lebih dikenal dengan istilah "dolphin recreation therapy". semoga dapat membatu bagi yang memerlukan data ini.

Latar Belakang

Kehidupan modern yang kompleks dan penuh akan persaingan membuat manusia harus berpacu dalam kesibukan kerja. Tekanan dari tuntutan hidup membuat manusia kerap mengabaikan kesehatan diri. Aktivitas manusia lebih difokuskan pada kerja daripada waktu santai, istirahat, dan rekreasi. Hal tersebut dapat menimbulkan kejenuhan dan kondisi badan yang kurang bugar yang membuat orang rentan terserang stres.


Sehat tidak hanya sebatas kondisi fisik semata tapi juga psikologis atau mental. Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat (men sana incompore sano), jika kondisi psikologis manusia mengalami stres atau tekanan maka akan mempengaruhi kondisi fisiknya. Masalah psikologis atau mental tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun juga pada anak-anak. Autisme merupakan salah satu masalah psikologis yang dialami anak-anak saat ini.


Gangguan autisme ini cenderung disebabkan oleh orang tua terutama ibu yang lebih mementingkan kepentingan aktualisasi diri daripada kepentingan keluarganya, yang ditandai oleh tingkat stres yang tinggi pada anggota keluarganya termasuk anak-anaknya. Jumlah wanita yang bekerja di luar rumah semakin meningkat (baik karena alasan aktualisasi diri maupun alasan kebutuhan ekonomi), apalagi dipicu oleh kebijakan pemerintah yang mendorong para wanita untuk berperan aktif di luar rumah. Kecenderungan orang tua yang selalu sibuk dalam pekerjaan dan tidak sempat mengawasi dan memperhatikan perkembangan serta tingkah laku anak dapat menjadi salah satu faktor dari adanya gangguan psikologis pada anak selain dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.


Bali khususnya Denpasar sebagai salah satu wilayah Indonesia juga mengalami peningkatan jumlah anak autisme rata-rata 0,15% tiap tahunnya. Menurut data perhitungan tahun 2006 terdapat 132 anak autisme. Peningkatan ini disebabkan karena Denpasar merupakan daerah dengan tingkat kepadatan dan kompleksitas permasalahan yang cukup tinggi yang memberikan pengaruh pada psikologis seseorang termasuk pada anak-anak.


Untuk mengatasi hal tersebut diatas, dibutuhkan suatu fasilitas terapi penyembuhan terhadap gangguan autisme yang juga dapat sebagai fasilitas rekreasi. Mengingat dengan rekreasi dapat menurunkan tingkat stres dan kejenuhan dalam aktivitas sehari-hari.


Dalam kemajuan dunia medis saat ini telah banyak ditawarkan solusi dalam masalah kesehatan. Untuk kasus dalam masalah kesehatan psikologis atau mental pengobatan melalui obat-obatan kerap kurang efektif. Solusi lain yang ditawarkan adalah melalui terapi. Ada berbagai jenis terapi seperti pijat refleksi, akupuntur, meditasi, yoga, reiki, ayur weda dan lain sebagainya. Khusus untuk autis serta gangguan psikologis lainnya seperti stroke, trauma, dan sindrom, terapi yang ditawarkan adalah terapi penyembuhan dengan media lumba-lumba.


Terapi autisme dengan media lumba-lumba merupakan salah satu jenis terapi yang memanfaatkan binatang lumba-lumba dalam proses terapi. Menurut terapis lumba-lumba (dolphin therapist) dari Jerman, dr Hajnalka Leonhardt, terapi dengan media lumba-lumba untuk penyembuhan penyakit ini sudah dikenal di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia, Israel, dan Turki. Dalam terapi ini, lumba-lumba mendeteksi sekaligus melakukan proses penyembuhan penyakit dengan sonar sistem dan suara ultra (ultra sound) yang dipancarkan dari tubuhnya.


Keunggulan dari terapi autisme dengan media lumba-lumba adalah proses penyembuhan yang lebih cepat. Setelah terapi dengan media lumba-lumba, anak-anak cacat membangun kapasitas untuk belajar lebih cepat; dalam satu atau dua bulan, mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian fisik yang normalnya mereka memerlukan satu tahun untuk mempelajari. Terapi autisme dengan media lumba-lumba mempercepat proses belajar dua sampai sepuluh kali waktu normal, dan peningkatan ini akan efektif dari enam bulan sampai satu tahun. Fakta tersebut diatas didapat dari penelitian yang telah dilakukan proyek penelitian terapi yang dibantu lumba-lumba dengan sampel 13 anak-anak penderita autisme berusia antara 4 dan 15 tahun di Hotel Melka Excelsior Lovina Bali / 20 – 24 Agustus 2007.


Fasilitas rekreasi dan terapi autisme dengan media lumba-lumba tidak terbatas pada usaha penyembuhan / pengobatan, fasilitas ini juga dapat menawarkan fasilitas hiburan bagi masyarakat. lumba-lumba yang dikenal sebagai hewan cerdas ini memiliki kemampuan dalam atraksi dan pertunjukan. Sehingga selain sebagai tempat pengobatan juga dapat sebagai sarana hiburan yang menarik yakni berupa atraksi lumba-lumba.


Denpasar sebagai ibu kota propinsi Bali dimana aktivitas manusianya sangat kompleks memerlukan pelayanan kesehatan. Disamping itu letak kota Denpasar yang strategis dan mudah dicapai dari berbagai daerah di Bali serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Hal itulah yang menjadi pertimbangan pemilihan kota Denpasar sebagai daerah perencanaan fasilitas rekreasi dan terapi autisme dengan media lumba-lumba.



Tinjauan Teori



Sejarah Terapi Autisme dengan Media Lumba-Lumba


Sejak beribu-ribu tahun Lumba-Lumba dihormati di dunia sebagai mahluk yang sangat khusus. Di Yunani Lumba-Lumba Delphi dilihat sebagai sesuatu yang suci dan tidak seorangpun membunuh Lumba-Lumba. Barang siapa yang membunuh Lumba-Lumba dikutuk sebagai pembunuh dan mendapatkan hukuman mati. Di tahun-tahun sebelumnya banyak terdapat cerita-cerita dimana Lumba-Lumba menyelamatkan manusia di lautan agar tidak tenggelam dan juga menghalangi serangan-serangan ikan hiu terhadap manusia. Beberapa peselancar di Australia menemukan diri mereka dikelilingi Lumba-Lumba untuk menyelamatkan diri dari ikan hiu.


Khasiat penyembuhan telah terlihat sangat awal atas Lumba-Lumba tetapi Dr. Nathanson di Florida memulai di tahun 80an untuk bekerja bersama Lumba-Lumba dan anak-anak. Dia membawa seorang anak kecil dengan Sindrom Bawah untuk kontak dengan Lumba-Lumba dan menemukan perubahan dalam perilaku anak tersebut.


Dari saat itu kemudian banyak studi telah dilakukan atas interaksi manusia – Lumba-Lumba. Lumba-Lumba merasakan ketidakseimbangan atau ketidakteraturan didalam tubuh manusia dan melalui sistem sonar mereka yang sangat kuat dapat merubah gelombang-gelombang otak. Terkadang anda dapat merasakan getaran-getaran di kulit. Perasaan senang dan kerukunan yang dihasilkan dari kebersamaan dengan Lumba-Lumba terkadang sangat berlimpah dan sangat emosional. Banyak orang yang memberitahu bahwa mereka merasa santai dan segar setelah bertemu Lumba-Lumba.



Penelitian Mengenai Terapi Autisme dengan Media Lumba-Lumba


Penelitian yang telah dilakukan mengenai terapi dengan lumba-lumba ini antara lain oleh: Dolphin-Human Therapy Center di Key Largo-Florida, Dolphin therapy di Hotel Melka Excelsior Lovina-Singaraja, dan Penelitian Terapi Lumba-Lumba Bunburry di Australia.


A. Dolphin-Human Therapy Center di Key Largo, Florida

Salah satu teori mengemukakan bahwa getaran sonar dolphin yang unik dapat mengindentifikasi gangguan saraf pada manusia, lalu menenangkannya sehingga lebih mudah bisa menerima pelajaran dan penyembuhan. Namun banyak pula para ilmuwan yang berpendapat bahwa anak-anak hanya menyukai bersentuhan dengan dolphin, dan berenang dengan dolphin hanya merupakan suatu rekreasi saja. Suatu penelitian dilakukan di Dolphin-Human Therapy Center di Key Largo, Florida. David Cole, seorang ilmuwan dalam bidang neurology menciptakan alat khusus untuk mengukur effek dari dolphin pada otak manusia. Cole mendapatkan bahwa ada suatu perubahan faali bila manusia berinteraksi dengan dolphin. Setelah berinteraksi dengan dolphin didapatkan bahwa anak-anak tersebut menjadi lebih tenang. Banyak peneliti berpendapat bahwa relaksasi inilah yang merupakan penyebab keberhasilan dolphin therapy. Menurut beberapa peneliti, relaksasi merangsang system kekebalan tubuh.


Para dokter saat ini mencoba memakai dolphin untuk terapi bagi anak dengan kebutuhan khusus. Anak-anak ini suka berada dalam air yang hangat, menyentuh tubuh dolphin dan mendengar suara-suara yang dikeluarkan oleh dolphin-dolphin tersebut. Dalam 2 dekade terakhir ini beberapa terapis dan psikolog berpendapat bahwa berenang dengan dolphin mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Beberapa orang bahkan percaya bahwa getaran dolphin dapat menyembuhkan sel manusia.


Cole mempunyai teori yang lain. Menurutnya energi dari dolphin bisa menimbulkan suatu phenomena "cavitasi" (pembuatan lubang). Energi tersebut dapat membuat robekan, bahkan lubang pada struktur molekuler dan tissue yang lembut. Cole percaya bahwa hal ini bisa merubah metabolisme selular, dan terjadi pelepasan hormone atau endorphin yang merangsang pembentukan sel-T (system kekebalan). Banyak yang percaya pada teori cavitasi ini, namun banyak pula ilmuwan yang bersikap skeptis.


Para dokter di Dolphin-Human Therapy Center percaya bahwa mahluk yang sangat cerdas ini dapat membantu anak-anak dengan berbagai gangguan saraf, bahkan anak dengan Sindroma Down dan autisme. Anak-anak ini demikian menyukai berenang dengan dolphin, sehingga hal tersebut dipakai sebagai "reward" untuk anak yang memberi respons yang baik pada terapi perilaku, misalnya pada terapi metoda ABA. Laporan dari berbagai negara menunjukkan bahwa faktor interaksi itulah yang mempunyai effek yang positif terhadap manusia.


B. Dolphin therapy di Hotel Melka Excelsior Lovina-Singaraja


Kepala Pusat Riset Teknologi Kelautan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Aryo Hanggono, menyatakan bahwa saat ini tim peneliti dari lima bidang keilmuan, yakni biologi kelautan, kedokteran hewan, psikologi, kedokteran, dan akustik sedang melakukan penelitian terhadap Lumba-Lumba yang membantu terapi pengobatan untuk beberapa pasien yang bertempat di salah satu hotel di Bali.


Proyek Penelitian Terapi yang dibantu Lumba-Lumba dengan 13 anak-anak penderita autis di Hotel Melka Excelsior Lovina Bali / 20 – 24 Agustus 2007.

Tiga belas anak laki-laki penderita autis – berusia antara 4 dan 15 tahun – selama mereka tinggal di Hotel Melka Excelsior Bali Lovina mendapatkan setidaknya 4 sesi terapi Lumba-Lumba untuk masing-masingnya. Tujuan utama pertemuan dengan Lumba-Lumba ini adalah anak-anak menikmati kebersamaan dengan Lumba-Lumba dan kami dapat mengamati perubahan-perubahan tertentu dalam sikap-sikapnya selama waktu berada disini. Di akhir dari workshop ini kami mempersembahkan kepada para orangtua sebuah lembaran evaluasi dimana mereka harus melingkari pendapat mereka seberapa banyak perubahan dalam tingkah laku anak-anak yang mereka temukan.

Pengamatan dilakukan pada 8 kategori-kategori berbedayaitu : komunikasi, perubahan emosional, rentan perhatian, kepercayaan dan harga diri, keterampilan motorik (kotor atau bagus), koordinasi, kontak mata, dan menjadi tenang.

Dalam skala 0 sampai 5 perubahan-perubahan haruslah ditandai – dimana 0 menunjukkan tidak ada perubahan & 5 untuk hasil tertinggi.

Setelah sesi-sesi terapi dapat dikatakan dengan jelas. Kebanyakan perubahan-perubahan berpengaruh dalam Kepercayaan/Harga Diri dan Kontak Mata karena ini adalah yang paling jelas untuk semua pengamat (keseluruhan 137 poin). Juga komunikasi dan ketrampilan motor meningkat cukup signifikan (133 poin) Rentang perhatian dengan 129 poin dan perubahan emosional dengan 125 poin memegang batasan tengah perubahan-perubahan dalam terapi Lumba-Lumba seperti halnya dampak menjadi tenang terlihat nyata tapi bersama-sama mencakup koordinasi yang lebih baik di akhir skala (123 poin).

Untuk seorang anak penderita autis adalah harga diri dan kepercayaan bersama dengan komunikasi dan fokus sangatlah penting. Studi kami menunjukkan perubahan-perubahan signifikan dalam hal utama tersebut


C. Penelitian Terapi Lumba-Lumba Bunburry di Australia


Di tahun 2000 Carla Henco memulai program penelitian Terapi Lumba-Lumba Bunburry di Australia Barat dengan Lumba-Lumba liar untuk anak-anak penderita autis. Selama 6 tahun program ini berjalan dengan beberapa hasil yang luar biasa – anak-anak autistik terbuka dan mulai berbicara. Anak yang hanya dapat merangkak (usia 8 tahun) memulai langkah-langkah pertamanya dan pasien-pasien dengan ketertekanan berubah menjadi orang-orang yang bahagia.

Di tahun 2000 Carla Henco, B. Spec. Ed., mendirikan kelompok pendukung untuk orang-orang dengan kebutuhan khusus di Bunburry, Australia Barat dan menamakannya “Terapi Lumba-Lumba Bunburry”. Selama 6 tahun bekerja secara intensif dan dengan banyak bantuan dari orang-orang cacat Carla Henco membangun banyak sekali pengalaman-pengalaman dengan terapi-terapi bantuan Lumba-Lumba.



Berdasarkan berbagai penelitian diketahui bahwa Lumba-Lumba melakukan terapi melalui sonar system dan ultra sound yang mereka miliki. Lumba-Lumba merasakan ketidakseimbangan atau ketidakteraturan didalam tubuh manusia dan melalui sistem sonar mereka yang sangat kuat dapat merubah gelombang-gelombang otak. Intensitas dari sistem ekolokasi Lumba-Lumba atas 8,3 W/cm2 dan frekuensi-frekuensi mereka sampai dengan 200.000 Hz kemungkinan dapat menjelaskan sel psikologi dan perubahan jaringan dan pengaruhnya dalam sel-sel saraf melalui resonansi, peronggaan-peronggaan dan sonophoresis. Terkadang pasien dapat merasakan getaran-getaran di kulit atau yang dikenal dengan istilah “psikogalvanik”. Suara atau musik dengan frekuensi tertentu dapat memberikan stimulus (rangsangan) terhadap otak.

Ragam Penyakit yang dapat Diterapi dengan Lumba-Lumba

Berikut ini beberpa jenis penyakit yang dapat diterapi dengan Lumba-Lumba :

ADHD (Attention Deficit Hyperacivity Disorder), Agenesis of corpus Callosum, Angelman Syndrome, Anoxia, Aphasia, Autisme, Ketidakteraturan Perilaku, Kelumpuhan Otak, Ketidakteraturan Kromosom, Congenital Microcephaly, Ketertekanan, Sindrom Bawah, Dysarthria, Dyslexia, Encephalitis, Epilepsi, Friedrich Ataxia, Gilles de la Tourette Syndrome, Incontinentia Pigmenti, Landau-Kleffner Syndrome, Keterlambatan Mental, Mucoploysaccharidoses, Optic Athropy, Otahara Syndrom, Paraplegia, Progressive myoklonic Epilepsy, Qudriplegia, Radioulnar Synostosis, Rett Syndrome, Ring Chromosom 22, Schizencephaly, Stress, Stroke, Williams Syndrome, Wolf-Hirschhorn Syndrome.



Tinjauan Fasilitas Sejenis: 1. Pusat Terapi Lumba-Lumba di Hotel Melka Exelsior di Lovina-Singaraja, dapat dilihat di: www.dolphintherapybali.com, 2. Dolphin Lodge di Serangan–Denpasar, alamat: Jalan Tukad Punggawa, Lingkungan Banjar Ponjok, Kelurahan Serangan- Denpasar. Terletak di tepi pantai serangan, 3. Gelanggang Samudra Ancol di Jakarta, dapat dilihat di: www.ancol.com, 4. Florida’s Gulfarium di Florida, dapat dilihat di: www.gulfarium.com

1 comment:

  1. keren nih blog bli,,, tiyang juga mahasiswa unud, ngeblog juga,, masih awam,, promote yaa,
    http://talungarchitect.blogspot.com/

    ReplyDelete

“Harturyati na gocaram kimapi sam pusnati yatservad, hyarthibhyah prati padyamanamanisam prapnoti Vrddhimparam, kalpantesvapi na prayati nidhanam vidhyakhy – amantardhanam, yesam tanprati manamujjnata nrpah kastai saha spardhate”

Pengetahuan adalah kekayaan yang tidak bisa dicuri oleh siapapun, semakin banyak diberikan akan semakin berkembang, dengan memiliki pengetahuan akan hadir kedamaian dalam diri manusia
(Niti Sataka – sloka 12)